TUGAS BAHASA INDONESIA MATERI SAP BAB 1 S/D 4
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia. “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: a) Lambang kebanggaan nasional
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
b) Lambang identitas nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
c) Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya
fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
d) Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda. Kita tidak dapat bertukar pikiran dan saling memberi informasi dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan.
2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara apabila
(1) Bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu
(2) Secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya
(3) Bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai
(1) Bahasa resmi kenegaraan,
(2) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
BAB II
RAGAM
BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan
tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa.
Ragam bahasa berdasarkan media/sarana ada 2, yaitu :
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
1.1 Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
1.2 Kelebihan ragam bahasa lisan :
a. Dapat disesuaikan dengan situasi
b. Faktor efisiensi
c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa
yang dibicarakannya.
e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif.
1.3 Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
2. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
2.1 Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehaduran orang lain
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
2.2 Kelebihan ragam bahasa tulis :
a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
2.3 Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Ragam bahasa fungsionalm adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
2.4 Ada 3 ragam bahasa fungsional, yaitu :
2.4.1 Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis,
yang biasa digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
A. Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
- Menggunakan bahasa yang komunikatif
- Bahasanya cenderung resmi
- Terikat ruang dan waktu
- Membutuhkan adanyaorang lain
2.4.2 Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan
bahasanya khas dalam dunia hokum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hokum Indonesia haruslah memenuhi syarat- syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
A. Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
- Mempunyai gaya bahasa yang khusus
- Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
- Objektif dan menekan prasangka pribadi
- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang
diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
- Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan
tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa.
Ragam bahasa berdasarkan media/sarana ada 2, yaitu :
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
1.1 Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
1.2 Kelebihan ragam bahasa lisan :
a. Dapat disesuaikan dengan situasi
b. Faktor efisiensi
c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa
yang dibicarakannya.
e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif.
1.3 Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
2. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
2.1 Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehaduran orang lain
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
2.2 Kelebihan ragam bahasa tulis :
a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
2.3 Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Ragam bahasa fungsionalm adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
2.4 Ada 3 ragam bahasa fungsional, yaitu :
2.4.1 Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis,
yang biasa digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
A. Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
- Menggunakan bahasa yang komunikatif
- Bahasanya cenderung resmi
- Terikat ruang dan waktu
- Membutuhkan adanyaorang lain
2.4.2 Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan
bahasanya khas dalam dunia hokum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hokum Indonesia haruslah memenuhi syarat- syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
A. Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
- Mempunyai gaya bahasa yang khusus
- Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
- Objektif dan menekan prasangka pribadi
- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang
diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
- Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi
2.4.3. Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan
kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
A. Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
- Menggunakan kalimat yang tidak efektif
- Menggunakan kata-kata yang tidak baku
- Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi
3 . Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlakudalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dantata bahasa).
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,
1980), berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
A. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
B. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
C. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
D. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
E. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
3.1 Contoh Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar :
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku
Contoh :
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.
3.1.1 Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :
(A) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas- batas kedaerahan;
(B) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(C) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(D) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlakudalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dantata bahasa).
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,
1980), berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
A. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
B. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
C. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
D. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
E. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
3.1 Contoh Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar :
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku
Contoh :
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.
3.1.1 Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :
(A) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas- batas kedaerahan;
(B) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(C) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(D) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin
3.1.2 penutur bahasa sebagai berikut :
(A) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa
membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
(B) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang
karena mampu beragam bahasa itu; dan
(C) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan
adanya aturan yang baku layak diatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa Indonesia. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat, dsb.
4. Ragam bahasa
Yang dimaksud dengan
ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh
ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di
samping ditandai oleh cirri-ciri linguistik, timbulnya ragam bahasa juga
ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi atau tempat
penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian
pemakai bahasa yang bersangkutan.
Berdasarkan pokok
pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
Ø Ragam bahasa undang –undang
Ø Ragam bahasa jurnalistik
Ø Ragam bahasa ilmiah
Ø Ragam bahasa sastra
BAB III
1. Karya Tulis Ilmiah (Proposal Penelitian)
Anda akan berlatih mendaftar hal-hal yang perlu ditulis
berdasarkan topik yang dipilih, menentukan gagasan yang akan dikembangkan dalam
karya tulis ilmiah (berdasarkan pengamatan atau penelitian), menyusun
kerangka karya tulis ilmiah, dan menyunting karya ilmiah sendiri
atau karya orang lain.
1. Mendaftar Hal-Hal yang Perlu Ditulis Berdasarkan Topik yang
Dipilih
Sebelum Anda membuat suatu karya tulis ilmiah, maka
terlebih dahulu Anda akan menentukan topik apa yang akan Anda angkat dalam
penulisan ilmiah tersebut. Misalnya saja Anda akan meneliti mengenai kalimat
tidak efektif. Penelitian tentang kalimat tidak efektif sangatlah luas. Oleh
karena itu, sebaiknya Anda membatasi ketidakefektifan kalimat khususnya
kemubaziran. Kemubaziran pun memiliki bidang yang luas misalnya kemubaziran
reduplikasi, komposisi, kata tugas.
Apabila Anda akan meneliti secara mendalam lebih baik jika
Anda memfokuskan pada salah satu saja misalnya kemubaziran dalam hal
reduplikasi. Reduplikasi sendiri terdiri dari reduplikasi sebagian, seluruh,
historis, morfologis.
Hal-hal yang dapat diteliti misalnya dalam kalimat berikut: Para
siswa-siswa sedang melaksanakan upacara bendera. Bentuk “para
siswa-siswa” merupakan kemubaziran karena kata “para” sendiri berarti jamak.
Pada hakikatnya karya tulis ilmiah merupakan
laporan penelitian yang disusun dengan mengikuti format tertentu. Dari
berbagai format yang ada terdapat satu kesamaan yaitu: karya ilmiah ini
merupakan fakta atau nyata bukan cerita atau rekayasa.
Adapun kategori karya tulis ilmiah adalah sebagai
berikut.
a. Karya tulis yang berdasarkan pada fakta bukan cerita,
b. Ditulis dengan format karya ilmiah,
c. Berupa hasil penelitian atau pengamatan,
d. Bersifat aktual.
2. Menentukan Gagasan yang akan Dikembangkan dalam Karya
Ilmiah
Dalam pembahasan di atas, Anda telah memilih topik tentang
ketidakefektifan kalimat khususnya kemubaziran. Dari masalah tersebut,
Anda akan lebih memfokuskan pada kemubaziran dalam hal reduplikasi. Reduplikasi
ini akan Anda kembangkan menjadi satu bentuk penelitian yang kompleks disertai
dengan pembahasan yang lengkap.
Jadi, apabila Anda telah menentukan topik yang akan dijadikan
sebagai bahan penulisan karya ilmiah, langkah selanjutnya adalah
menentukan gagasangagasan. Gagasan-gagasan inilah yang kemudian akan Anda
kembangkan.
3. Menyusun Kerangka Karya Tulis Ilmiah
Yang dimaksud dengan kerangka karya tulis adalah rencana kerja
yang memuat garis-garis besar suatu karya tulis. Format kerangka karya tulis
secara umum meliputi pendahuluan, pembahasan, dan penutup yang disertai
kesimpulan serta saran.
a. Bagian pendahuluan biasanya memuat latar belakang masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, rumusan masalah, identifikasi masalah, dan
landasan teori.
b. Bagian pembahasan memuat gagasan-gagasan permasalahan yang
hendak disampaikan. Dikemukakan pula masalah temuan-temuan dan analisis
terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
c. Bagian penutup memuat secara singkat masalah-masalah penting
dari pembahasan sebelumnya. Disertakan pula saran-saran dari penulis yang
merupakan tindak lanjut dari penelitian tersebut. Selain hal tersebut, masih
pula ditambah daftar pustaka, kata pengantar, dan daftar isi.
FORMAT PENYUSUNAN KARYA
ILMIAH
1. Bagian Awal
Bagian awal ini dimulai dari halaman judul sampai dengan
abstrakpenelitian. Komponen-komponen bagian ini secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Halaman Sampul dan Halaman Judul
Halaman sampul memuat 1) judul, 2) lambang atau logo sekolah, 3)
nama dan nomor siswa, dan 4) nama sekolah.
b) Halaman Persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama
siswa yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan dan
nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan.
c) Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik
oleh kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal, bulan, dan
tahun, 4) tanda tangan dan nama terang kepala sekolah serta cap stempel.
d) Kata Pengantar
Kata pengantar memuat informasi umum atau uraian singkattentang
maksud penulisan karya ilmiah, harapan penulis terhadap penelitian (yang
kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk karya ilmiah), dan penyampaian rasa
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam karya ilmiah.
e) Daftar Isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah
beserta letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi antara
lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi harus
mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-komponen itu.
f) Daftar Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
Daftar tabel dan halaman gambar berisi nomor urut halaman tempat
tabel, dan gambar tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan dan diberi
nomor urut tersendiri.
g) Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang apabila terdiri dari dua bagian nama, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya pada
awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota, 6) nama
sekolah, 7) kata ABSTRAK Penulisan isi
abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi tunggal. Paragraf
pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah dan tujuan
penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian, mencakup populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis
data. Paragraf ketiga berisi hasil penelitian dan pembahasan.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah ini terdiri dari isi karya ilmiah dan daftar
pustaka.
a. Bab I Pendahuluan
1) Latar Belakang Masalah
Berisi uraian tentang hal-hal yang melatarbelakangi timbulnya
masalah.
2) Identifikasi Masalah
Berisi berbagai masalah yang dapat dikenali atau muncul yang
berkaitan dengan judul karya ilmiah.
3) Pembatasan Masalah
Berisi masalah yang akan dibahas. Tidak semua masalah yang ada
akan dibahas. Tujuannya agar lebih terfokus.
4) Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang telah ada pada pembatasan masalah
dirumuskan dengan kalimat tanya.
5) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini menjelaskan secara spesifik tujuan atau
hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini.
6) Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini berkaitan dengan penerapan hasil
penelitian, baik bagi penulis atau pun masyarakat di sekitar.
b. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini membahas tiga hal penting yaitu:
1) Kerangka Teoretis
Dalam subbab ini diuraikan berbagai teori yang mendukung
permasalahan yang diajukan. Uraian dapat mengambil dari bukubuku dengan
berpedoman pada format karya ilmiah.
2) Kerangka Pemikiran
Dari berbagai teori yang dikemukakan dalam kerangka teoretik
kemudian ditentukan suatu kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian.
3) Hipotesis (jika ada)
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap hasil
penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.
c. Bab III Metode Penelitian
1) Subjek dan Objek
Subjek adalah semua benda, individu, atau hal yang akan
diteliti.Objek merupakan bagian dari subjek yang memiliki ciri yang
dimilikioleh subjek.
2) Metode Pengumpulan Data
Berisi cara yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan
dalam penelitian.
3) Alat Penelitian
Alat penelitian berupa alat-alat yang digunakan untuk memperoleh
data. Alat data ini dapat berupa kartu data, angket, kuesioner, danlain-lain.
4) Metode Analisis Data
Penggunaan metode analisis data ini tergantung pada metode yang
akan digunakan untuk membahas hasil penelitian.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
1) Hasil Penelitian
Berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti disertai
data-datapendukung.
2) Pembahasan
Terhadap penelitian yang telah disajikan pada subbab di atas
kemudian diadakan pembahasan. Mengapa hasilnya seperti itu? Apa kaitan hasil
dengan permasalahan yang ada? Jadi, pada pembahasan ini dikemukakan
pemikiran-pemikiran kreatif tentang hasil penelitianitu.
e. Bab V Kesimpulan dan Saran
1) Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan sejalan
dengan perumusan masalah. Kesimpulan diuraikan secara ringkas, jelas, padat,
dan sistematis serta dalam bahasa yang komunikatif tentang penemuan-penemuan
yang diperoleh dalam penelitian.
2) Saran
Saran dirumuskan secara lugas, operasional, dan relevan dengan
temuan-temuan penelitian.
f. Daftar Pustaka
Bagian ini berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau
pegangan, serta landasan penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar
alfabetis nama pengarang tanpa nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun
terbit, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir ini memuat semua lampiran yang berupa dokumen atau
bahan yang digunakan untuk menunjang penyusunan karya ilmiah. Lampiran dipilih
bahan sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang relevan saja yang dilampirkan.
Sebelum seseorang memulai menulis karya ilmiah, terlebih dahulu harus membuat
kerangka karya tulis ilmiah ini. Berikut ini contoh kerangka karya tulis
ilmiah.
Kerangka Karya Ilmiah (Proposal
Penelitian)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
B. Metode Pengumpulan Data
C. Instrumen Penelitian
D. Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
2.EYD
DAN TANDA BACA
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.Batasan tersebut menunjukan pengertian kataejaa n berbeda dengan katamengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkaneja a n adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
• vokal
• nama diri
• konsonan
•
1) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari
ejaan sebelumnya yang meliputi:
Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa :
singkatan dan akronim,
partikel,
kata sandangsi, dansa ng, kata depandi,ke, dan da ri, kata gantik au,ku,mu, dan –nya, gabungan kata, huruf kapital,huruf miring,kata ulang, kata turunan, kata dasar, angka, dan lambang bilangan.
2) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan
unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
3) Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik
penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu
adalah
• Tanda titik (.)berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka
• tanda seru (!) berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
• Tanda koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
• Tanda kurung ((…)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui oleh khalayak.
• Tanda titik koma (;)
• tanda kurung siku ([ ])
• Tanda titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat
• Tanda petik ganda (“…”) petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam naskah drama.
• Tanda hubung (-) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai
• tanda petik tunggal (‘…’) berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
• Tanda pisah (--)
• tanda garis miring (/)
• Tanda elipsis (…)
• Tanda penyingkat (‘)
• Tanda tanya (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
Berikut ini sejarah beberapa tanda baca
1. Tanda Tanya
Pada awalnya, dalam bahasa latin, untuk mengindikasikan pertanyaan, orang harus menuliskan kata "Questio" di akhir kalimat untuk menandakan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tanya. Maka untuk menghemat tempat, kata tersebut akhirnya disingkat menjadi qo, yang kemudian dimampatkan lagi menjadi huruf q kecil diatas huruf o, yang akhirnya makin lama makin habis menjadi titik dan garis mirip cacing, persis seperti tanda tanya kita sekarang.
2. Tanda Seru
Seperti tanda tanya, awalnya juga dimulai dengan menumpuk huruf. Tanda ini berasal dari kata dalam bahasa Latin "io" yang berarti "seruan kegembiraan". ketika huruf i ditulis diatas huruf o, lama-lama dipersingkat seperti tanda seru kita sekarang ini.
3. Tanda Sama Dengan
Ditemukan oleh ahli matematika Inggris Robert Recorde pada 1557, dengan pemikiran seperti ini (dalam bahasa Inggris kuno) "I will settle as I doe often in woorke use, a paire of paralleles, or Gmowe [i.e., twin] lines of one length, thus : , bicause noe 2 thynges, can be more equalle." atau terjemahannya: "Aku akan menggunakan tanda ini seperti biasanya, sepasang garis sejajar, atau kembar dengan panjang yang sama, karena tidak ada dua hal lagi yang bisa lebih sama dengan dua garis sejajar ini." Tanda sama dengan asli temuan Robert setidaknya 5 kali lebih panjang dari yang kita kenal sekarang.
4. Ampersand (tanda "&")
Simbol ini adalah bentuk stilir dari "et" dalam bahasa Latin yang berarti "Dan." Tanda ini ditemukan oleh Marcus Tullius Tiro, seorang penulis dari abad pertama di Roma. Nama Ampersand baru diberikan setelah 17 abad kemudian. Pada awal 1800-an, murid sekolah belajar simbol ini sebagai huruf ke 27 setelah Z, tapi masih tanpa mana. Jadi di awal 1800-an ini mereka belaar ABC dengan "and per se, and" yang berarti "&" dan kemudian karena saking cepatnya dibaca, akhirnya menjadi "ampersand"
5. Octothorp (tanda #)
Nama aneh untuk tanda penomoran ini datang dari kata "Thorpe", kata dalam bahasa Normandia Kuno untuk desa atau tanah pertanian yang sering ditemui dalam bahasa Inggris untuk nama tempat. AWalnya digunakan untuk pembuatan peta, yang berarti desa yang di kelilingi delapan pertanian. Karena delapan (octa) dan pertanian (thorpe), maka muncul nama ini, Octothorp
6. Tanda Dollar (tanda $)
Pemerintah Amerika baru menerbitkan uang mereka sendiri pada 1794, dan pada waktu itu masih menggunakan mata uang dunia lama - peso - atau Dollar Spanyol. Koin 1 Dollar Amerika pertama persis sekali seperti uang Peso Spanyol, baik berat maupun nilainya, jadi mereka mengambil singkatan yang sama: Ps. Makin lama perkembangannya, huruf P ditulis menimpa S, dan kemudian mulai lingkaran diatas P tadi dibuang, jadi hanya huruf S yang ditimpa dengan garis vertikal.
2.2 Pemakaian Huruf
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia
pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk membandingkannya dengan ejaan sekarang.
2.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu:
(1) pemakaian huruf,
(2) penulisan huruf,
(3) penulisan kata,
(4) penulisan unsur serapan, dan
(5) pemakaian tanda baca.
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang :
Kh, seperti dalam kata : khusus, akhir
Ng, seperti dalam kata : ngilu, bangun
Ny, seperti dalam kata : nyata, anyam
Sy, seperti dalam kata : syair, asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu,kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
2.4 Format Penulisan Kalimat
• Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan. Contoh: Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di sungai dan rawa-rawa.
• Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh: Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional saat ini.
• Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya
BAB IV
DIKSI (PILIHAN KATA)
Jika kita menulis atau
berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi
kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah
karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata
melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan
ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang
tinggi.
Definisi Diksi
Pilihan kata atau
Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana
yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan
gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata
atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas.
Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.
Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan
antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan
kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi
untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan
adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih
runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata
denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip
dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan
juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima
dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Contoh Kalimat
Diksi
· Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang
untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat
· Dia adalah wanita cantik (denotatif)
· Dia adalah wanita manis (konotatif)
· APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen
(kata konkrit)
· Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak
terlalu tampak
Sebelum menentukan
pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna
dan relasi makna :
• Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan
makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60)
terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya,
sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm
kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
2. Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,
menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,”
menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
3. Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial
& nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari
kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar
bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai
referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen.
Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi
(bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya
yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna
konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan.
Orang akan senang bila dikatakan ramping.
e. Satuan semantic
Seperti pada banyak
bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah
kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa
sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan
peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata
majemuk.
Dalam prakteknya, para
ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata
dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih
sangat sukar ditangkap.
DAFTAR PUSTAKA
Online Casino Site | Get 100 Free Spins - ChoDieCasino
BalasHapusCasino Sites in the Philippines. Casino 제왕카지노 Sites in the Philippines. Aussie players have access to over 400 choegocasino popular online casinos, such as Jackpot City, Playtech, and Microgaming 메리트카지노총판